A directory

Bersepeda Sore Menyusuri Situs Bersejarah di Tenggarong

  


Bersepeda di sore hari tentu menyenangkan, apalagi bareng anak-anak dan bisa melihat dari dekat situs bersejarah di Tenggarong. Asyik, jalan-jalan sambil belajar eh kebalik belajar dengan jalan-jalan dong. Apalagi kota Tenggarong merupakan ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara. Dari Samarinda pun tidak terlalu jauh, hanya 45 menit. Selagi masih pada ngumpul di rumah, lets go! Kita jalan-jalan ke Tenggarong.

Silaturahmi Berujung Jalan-Jalan


Bersepeda dari Samarinda ke Tenggarong? Nggak lah, kami naik kendaraan online dari rumah menuju kota Tenggarong. Niat awalnya, selagi masih bulan Syawal ini ya silaturahmi ke rumah kerabat yang ada di sana. Mumpung anak-anak belum balik ke asrama dan Abi libur kantor di tanggal merah. Saat yang tepat.

Pagi itu kami bersiap, syukur cuaca mendukung, tidak hujan sebagaimana hari-hari sebelumnya. Setelah memesan mobil online dan harganya cukup lumayan terjangkau ternyata dibandingkan kalau sewa mobil kami meluncur ke Tenggarong. Sebagaimana tujuan utama, silaturahmi maka kami mendatangi rumah beberapa kerabat dan berakhir di kawasan Jalan Cempaka yang tak jauh dari pusat kota.

Sama seperti Samarinda, cuaca Tenggarong yang panas, menahan kami di rumah kerabat. Hanya makan minum dan ngobrol seharian. Duh panas, jadi malas mau keluar rumah. Hingga usai shalat Ashar, kami melihat ada sepeda di teras samping. Dua diantaranya masih baru. Kerabat kami menjelaskan itu sepeda hadiah dari undian kupon shalat tarawih di Masjid Agung.

Mendengar frasa Masjid Agung seketika terbayang alun-alun, komplek kedaton, dan Museum Mulawarman. Kenapa nggak jalan-jalan ke sana saja, mumpung di Tenggarong? Ah iya, dulu pernah jalan-jalan seputaran komplek bersejarah itu, saat anak-anak masih kecil. Seru juga bersepeda sambil nostalgia menyusuri alun-alun dan melihat dari dekat situs bersejarah di kota ini lagi.

Serunya menyusuri situs bersejarah di Tenggarong


Tiga sepeda sudah siap menuju alun-alun dan sekitarnya. Awalnya kami mencoba dulu naik sepeda di sekitar rumah saja. Sudah lama tidak naik sepeda, ada rasa khawatir nggak bisa lagi. Dari Jalan Cempaka menuju Taman Ulin di ujung jalan, lanjut ke toko membeli es krim. Sepanjang perjalanan lancar dan bisa mengendalikan sepeda. Usai makan es krim di rumah, kami sepakat melanjutkan perjalanan menuju alun-alun.

Dari Jalan Cempaka, kami mengambil rute menuju Jalan Pandan, lalu belok ke Jalan Mawar 1. Pas di pojok Jalan Pandan dan Mawar 1, ada rumah tua yang dibangun dari kayu ulin dan masih terawat dengan baik, rumah kerabat kerajaan Kutai. Sepanjang jalan ini pun masih ada beberapa rumah ulin lainnya.

Dari Jalan Mawar, kami berbelok ke Jalan Mulawarman. Jalan utama di kota ini dengan keramaiannya yang khas. Setelah melaju beberapa saat, mata kami langsung tertuju pada deretan bangunan tua di sisi kiri jalan. Yah ini masjid tua kota Tenggarong, salah satu situs bersejarah dakwah Islam di kawasan Kerajaan Kutai. Bersebelahan dengan masjid terdapat Kedaton.

Kedaton, istana Kerajaan Kutai Kartanegara


Pintu gerbang yang terbuat dari besi itu terbuka salah satunya. Roda sepeda kami arahkan menuju halaman Kedaton yang luas. Ada patung ular yang besar di tengah taman bunga. Bangunan 2 lantai dengan tangga berundak-undak dan pilar-pilar besar ini merupakan istana baru Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Berbeda dengan istana lama yang terbuat dari kayu ulin, istana baru ini dibangun dengan bahan bangunan modern oleh inisiatif pemerintah setempat sebagai lambang kerajaan dan tempat acara protokoler Kerajaan Kutai.

Jika bangunan kerajaan yang berdiri pada tahun 1899 - 1910 di masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Alimuddin menghadap ke arah sungai Mahakam atau ke sebelah timur, istana baru ini membelakangi sungai Mahakam atau menghadap ke barat. Di belakang Kedaton ini terdapat Museum Mulawarman.

Di dalam bangunan ini, terdapat aula yang luas dan singgasana raja yang berlapis emas. Aula ini digunakan untuk acara - acara kesultanan. Sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam karena Kedaton ini tidak dibuka kecuali ada acara protokoler kerajaan. Setelah puas melihat struktur bangunan dari luar, kami menuju bangunan kayu yang persis berada di sebelah kiri Kedaton.

Masjid Tua, Situs Bersejarah di Tenggarong


Bangunan yang terbuat dari kayu ulin ini segera menarik perhatian kami setelah melihat-lihat megahnya Kedaton.
Tami Asyifa
Seorang ibu dengan 7 anak, saat ini sedang menikmati menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya tapi tetap produktif. Pendidikan dan literasi adalah bidang yang menarik bagiku.

Related Posts

Posting Komentar