A directory

Menjajal Transportasi Publik di Jakarta

    


Di suatu kesempatan, suami mendapatkan surat tugas ke Jakarta. Tak ada hujan tak ada petir tiba-tiba saja nawarin, " Mau ikutan? Lumayan 3 hari lho. Nanti Abi kerja, kamu sama bungsu jalan-jalan. Transportasi publik di Jakarta sudah nyaman kok, tinggal gesek kartu kamu bisa ke mana-mana." Tentu saja kesempatan yang sayang untuk dilewatkan.

Meski tawaran tersebut baru diucapkan hari Ahad, sementara Selasa sudah harus sampai Jakarta tak mengurangi antusiasme untuk sat set sat set packing tiga bagasi sekaligus. Senin satu koper kecil dan dua tas body packing sudah siap dibawa terbang ke Jakarta.

Begitu mendarat di Soekarno - Hatta Selasa sore itu, kami ingin mencoba kereta api bandara. Berhubung masih buta rute, jadinya malah muter-muter nggak nemu dimana harus mendapatkan tiket keretanya. Sementara suami paling tidak tahan melihat istrinya terlihat capek. Nggak pakai lama, aplikasi mobil online sudah dibukanya. Langsung saja, dari bandara ke salah satu hotel di jalan Gatot Subroto dengan mobil online yang melaju cukup lancar tanpa hambatan. Tak sampai satu jam sampailah kami di hotel.

Memulai petualangan dengan transportasi publik


Rabu pagi, hari pertama suami kerja dan saya dengan bungsu merencanakan silaturahmi ke rumah adik di Bekasi. Semalaman kami sudah menjelajahi rute trans Jakarta bareng Mas Google. Lalu adik juga memberi arahan. Dari halte LIPI Gatot Subroto turun di halte Pinang Ranti terus lanjut angkot dengan kode KR. Untuk menghemat waktu pakai transportasi online, cepat dan gampang. Baiklah, mari kita coba.

Berbekal kartu e-money Mandiri, bergegas kami ke halte terdekat. Setelah digesek eh nggak bisa. Padahal barusan diisi saldo 100 ribu. Ah barangkali belum masuk, isi lagi deh 50 ribu. Pas dicoba lagi, tetap nggak bisa. Penasaran kan, dan setalah tanya - tanya petugas di halte, ternyata kartunya harus divalidasi dulu. Tapi halte ini tidak ada mesin, jadi harus cari halte yang ada mesin seperti mesin ATM untuk memvalidasi.

Halte yang dimaksud kurang lebih satu kilometer dari halte depan hotel tempat kami menginap. Tanggung, naik kendaraan terlalu dekat, sementara jalan kaki lumayan pegel juga. Sepertinya layak dicoba jalan kaki nih, biar lebih mengenal medan, apalagi di depan sana ada museum Mandala Krida, meski sekedar lewat, bisa ngenalin museum tentara Indonesia kepada bungsu. Setelah divalidasi, bisa dong digesek untuk naik trans Jakarta.

Petualangan naik transportasi umum kali ini menjadi pengalaman pertama dan sangat berharga. Ia jadi tahu ternyata ada banyak transportasi massal yang bisa kita gunakan. Terlebih, di rumah kami jarang menggunakan transportasi umum. Di kota kami, moda transportasi massal yang ada hanya angkot dan taxi dan ojek online juga bis antar kota. Perlu tantangan baru mencoba transportasi umum di kota besar, Jakarta salah satunya.

Ternyata nyaman juga menggunakan trasportasi publik di Jakarta. Asal tidak di jam sibuk, saat para pekerja berangkat atau pulang kerja. Maka kami mengambil rute yang berlawanan arah, keluar saat para pekerja masuk pusat kota dan baliknya sebisa mungkin sebelum jam pulang kantor agar bisa menikmati transportasi publik ini dengan leluasa tanpa berdesakan.

Kamis, di hari kedua kami mencoba naik MRT. Setelah berkunjung ke rumah kerabat di Cipete yang ternyata dekat banget dengan stasiun MRT seputar jalan Haji Nawi, rencana selanjutnya pergi ke Jakarta Islamic Center (JIC) . Lumayan juga dari ujung ke ujung. Dari stasiun Haji Nawi menuju stasiun Sudirman, lanjut taxi online ke JIC. Pulangnya naik angkot sampai halte harmoni dan langsung trans Jakarta lagi sampai hotel.

Saat pulang, karena kesorean akhirnya bareng jam pulang kantor. Wow kalau sudah gini, kerasa banget halte penuh dan busway juga. Untungnya petugas sigap, meski berjubel, penumpangnya tetap dibatasi. Ya iyalah kalau penuh banget kan bahaya. Alhamdulillah meski penumpang penuh, masih dapat tempat duduk.

Kenyamanan transportasi publik di Ibukota


Sependek merasakan naik transportasi umum di Jakarta selama tiga hari, kenyamanan penumpang sudah jauh lebih baik dibandingkan layanan transportasi publik era sebelumnya. Saat ini sudah ada trans Jakarta, microtrans, Commuter Line, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rel Transit (LRT) dan beberapa aplikasi transportasi online. Jalan ke mana-mana jadi mudah, meski baru pertama kali menggunakan transportasi massal, tak jadi masalah. Kita bisa bertanya atau googling rute-rute yang dilalui kendaraan umum tersebut. Paling kalau mentok, pakai ojek online aja lagi.

Meski sudah lumayan nyaman, pastinya masih banyak yang harus dibenahi seiring dengan kesibukan Ibukota yang kian meningkat dari hari ke hari. Begitu juga dengan upaya agar masyarakat mau menggunakan transportasi umum. Selain moda yang digunakan, juga titik temu dan simpul massa pengguna kendaraan umum yang wajib dibenahi lagi. Perbanyak lagi moda transportasi agar di jam-jam sibuk tidak harus berebut dan berdesakan di kendaraan. Halte dan stasiun juga harus terus dibenahi, baik sarana dan prasarananya maupun pelayanannya.

Pokoknya, transportasi publik harus aman dan nyaman, agar masyarakat suka bepergian dengan transportasi publik. Jika masyarakat suka naik transportasi umum maka kemacetan akan sedikit berkurang, polisi udara juga serta emosi karbon yang menjadi salah satu sebab efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim dapat dikurangi. 

Penutup


Sebenarnya masih banyak transportasi publik yang ingin  kami jajal. Sayangnya kendala waktu membuat kami hanya bisa menikmati beberapa moda saja. Semoga masih ada kesempatan lagi menjajal trasportasi massal di kota Jakarta. 



Tami Asyifa
Seorang ibu dengan 7 anak, saat ini sedang menikmati menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya tapi tetap produktif. Pendidikan dan literasi adalah bidang yang menarik bagiku.

Related Posts

Posting Komentar