A directory

Ayah dalam Peran Pengasuhan yang Melekat

Posting Komentar

Ayah ajak aku ke surga, karena dirimu lah pengemban peran pengasuhan itu.

Bicara pengasuhan dan pendidikan, siapa yang layak melakukannya dengan baik? Jawabnya adalah orangtua itu sendiri. Dan siapa yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengasuhan anak? Seorang ayah. Maka sudah seharusnya para ayah mengambil peran terdepan dalam menentukan visi misi keluarga. Ayahlah yang selayaknya menggali banyak ilmu pendidikan dan pengasuhan anak, hingga sepantasnya, majelis ilmu atau workshop parenting dihadiri para ayah. Ayah harus punya visi jangka panjang bukan sekedar lulus di setiap jenjang. Misi itu adalah mengantarkan anak ke surga.

Ayah dan Peran Pengasuhan


Jika dahulu para ayah sukses menjadi patron bagi anak-anak tanpa embel-embel ini itu. Tanpa parenting sana sini, cukup mendidik dengan cinta, masihkah relevan untuk saat ini? Jadi ingat lagi buku cinta yang berpikir, karena cinta saja tidak cukup.

Tentu mendidik dengan cinta sudah cukup baik, tapi beneran mencukupkan sampai disini saja. Kini adalah zaman yang beda dengan segala tantangannya. Maka ilmu juga penting sebagai bekal dalam mendidik anak. Selayaknya hebatkan diri seorang ayah dengan parenting skill. Bagaimana caranya? Kita bahas satu per satu ya.

Pemahaman dan keterampilan

Sebelum membahas cara lebih lanjut maka sebagai orangtua, aka ayah harus menyadari peran yang diembannya. Kesadaran itu akan ada jika setiap ayah punya pemahaman dan ketrampilan dalam menjalani perannya. 

Al fahmu (pemahaman)

Yaitu proses memahami diri sendiri. Seperti apa diri kita, adakah luka batin yang tersisa yang bisa mempengaruhi pengasuhan kita kepada anak. Paham bagaimana anak-anaknya sehingga memunculkan perlakuan yang tepat. Paham tumbuhnya (fisik) juga perkembangannya (nonfisik)

Biasanya kita lebih terpaku pada fisik, pada material atau yang nampak di hadapan kita. Padahal tumbuh bisa saja berhenti tapi perkembangan tidak. Anak akan terus berprestasi bahkan sampai masa tuanya. Perkembangan anak, Allah yang pegang, kita berserah pada Allah setelah upaya maksimal kita sebagai seseorang yang diberi amanah oleh Allah.

Ketrampilan

Urusan dengan pendidikan dan pengasuhan anak harus mempunyai keterampilan sebagai orangtua. Tidak mengandalkan kebiasaan sebagaimana adanya. Misalnya nih, bagaimana komunikasi yang baik dan produktif, harus dikuasai dan dilatih. Bagaimana cara membangunkan anak, perlu keterampilan yang beda, bagaimana teknik memuji anak juga berbeda.Dan tidak bisa sekali jadi, harus dilatih terus menerus.

Bagaimana jika butuh partner dalam mendidik anak?

Tentu kita harus mencarinya, Sekolah misalnya, maka carilah sekolah yang lebih utama dengan point terpentingnya adalah sumber daya manusianya. Sekolah yang terbaik bukan dari gedungnya tapi kualitas gurunya.

Bagaimana seharusnya dalam. Pengasuhan ?

Dalam pengasuhan harus ada model atau contoh.Berkacalah pada sejarah nabi atau orang-orang sholeh terdahulu. Tentu banyak sekali yang bisa kita jadikan role model. Beberapa contoh keluarga yang sukses mendidik anak:
  1. Nabi Ibrahim, bapaknya para nabi adalah contoh seorang ayah yang mempu menanamkan visi misi yang kokoh pada keluarganya sehingga tanpa kehadiran fisiknya, ruh dan nilai kebaikan selalu menjadi peta perjalanan hidup istri dan anak-anaknya.
  2. Imran bin Matsan, seorang yang namanya diabadikan sebagai nama surah dalam Al Qur'an agar menjadi contoh bagaimana sebuah keluarga yang mampu menghantarkan keturunannya menjadi manusia yang mulia.
Dan tentunya masih banyak lagi keluarga yang bisa kita jadikan role model pendidikan dan pengasuhan anak-anak kita.

Tahapan perkembangan anak

Ada tahapan usia yang krusial seorang anak hingga dewasa yang harus kita ketahui.

  1. Pada usia 0-10 tahun, tahapan ini membangun fondasi yang kuat. Tanamkan nilai-nilai Al Qur'an dan hadist dengan optimal.
  2. Pada usia belasan/ 14,15,16,17 tahun adalah puncak perkembangan dan eksplorasi. Anak mulai menghafal kitab hadist, belajar fiqih, bahasa dan ilmu-ilmu lainnya, serta magang atau hidup jauh dari orang tua.
  3. Usia matang yaitu di atas 20 tahun. Anak selayaknya mulai membangun prestasi dan menjadi tokoh muda.

Bagaimana jika tumbuh dan kembang tak seiring?

Semestinya tumbuh kembang anak beriringan. Dimana usianya kian mendewasa, bentuk fisiknya semakin besar, organ tubuhnya semakin sempurna harus selaras dengan perkembangan akal dan mentalnya sehingga anak-anak mampu menggunakan pikirannya untuk membedakan baik dan buruk.
Akibat dari kurang patut antara tumbuh dan kembang maka:
  1. Kematangan biologis lebih dari kematangan psikologis. Akibatnya keterlambatan psikologis. Efek dari hal ini banyak generasi follower juga generasi budak. Di Indonesia usia produktif terlambat yakni kebanyakan terjadi pada usia 30 tahun sementara di negara-negara Barat pada 18 tahun
  2. Adanya ruang kosong dalam perkembangan. Akibat ruang kosong itu maka maraklah penyalahgunaan narkoba, pornografi, cyber native (generasi dunia maya), Lgbt dan sejenisnya.

Bagaimana memberi model buat anak laki-laki?

Pada anak laki-laki, yang bisa kita jadikan patron atau model adalah para sahabat. Kita bisa mengenalkan 20 sahabat nabi. Semisal mengenalkan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin khattab dll.

Siapa yang paling berperan?

Ayahnya atau di sekolah guru laki-laki, karena pada usia 7-14 tahun, anak laki-laki perlu ditimbulkan kemaskulinannya dengan mendekatkan pada Ayah atau para laki-laki.

Bagaimana dengan anak perempuan?


Untuk anak perempuan diajarkan keterampilan dan skil keperempuanan atau feminitas.

Dikenalkan dengan para shahabiyah seperti Khadijah, Maryam, Fatimah dan lainnya oleh Ibu atau guru perempuan.

Kebutuhan dasar pertumbuhan:
  1. Disayangi , dicintai apa adanya tanpa syarat.
  2. Dihargai, bahwa anak-anak pun tetap punya perasaan yang wajib kita jaga dan hargai.
  3. Rasa aman, rasa aman adalah kondisi lingkungan dan emosi yg menerima kondisi anak apa adanya. Tidak di bully
Bagaimana upaya mendekatkan diri pada anak?
  1. Melalui ngobrol bareng, bercerita dengan bonding.
  2. Loving,coanch, modelling
Ketrampilan untuk anak menghadapi masa depan

  1. Kenal dan paham diri sendiri
  2. Kenali apa yg terjadi pd usia 0-15 tahun
  3. Kenali pasangan.
  4. Kenali kekosongan pasangan di usia 0-15 tahun. Periksa sampah masa lalu terima.

Penutup

Tidak mudah memang mendidik dan mengasuh anak di masa kini. Jika ayah tak mengambil peran pengasuhan sebagai pemegang peran strategis, maka yang ada adalah rutinitas saja, padahal ayahlah pengemban visi misi pendidikan dan pengasuhan.
Tami Asyifa
Seorang ibu dengan 7 anak, saat ini sedang menikmati menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya tapi tetap produktif. Pendidikan dan literasi adalah bidang yang menarik bagiku.

Related Posts

Posting Komentar