Tak jadi masalah sebenarnya, di masa yang semua hal bisa dicari semudah menggerakkan jari. Tetap saja butuh persiapan yang baik agar dalam perjalanan nantinya berjalan lancar, terlebih membawa anak. Kenyamanan anak menjadi prioritas selama melakukan perjalanan.
Persiapan agar jalan bareng anak jadi nyaman
Setelah rencana awal harus berubah haluan karena tempat tes masuk tahap dua ujian masuk sekolah anak tidak sesuai harapan, maka tidak ada pilihan lain selain menjalani apa yang ada. Tidak jadi ke Jawa, ke Kalimantan Selatan oke juga. Apalagi selama tinggal di Kalimantan Timur belum pernah menginjakkan kaki ke provinsi tetangga ini. Senang juga bisa eksplor provinsi yang salah satu tempat wisatanya menjadi ikon pembuka di suatu stasiun televisi.
Begitu cak cek harga tiket pesawat, wow luar biasa. Satu kali perjalanan dari Samarinda ke Banjarmasin, setara dengan Samarinda- Jakarta pulang pergi. Kalau berdua, bisa jebol dompet. Tidak ada pilihan, selain naik bus saja. Dengan bus, sekali jalan berdua hanya 600 ribu saja. Dengan perkiraan waktu tempuh 12 jam lewat sedikit.
Perjalanan 12 jam, bisalah. Bukan pertama kali jalan bareng anak yang ini. Selain pernah dua kali melakukan perjalanan jauh dengan kereta api selama 9 jam, anak bungsu ini juga pernah melakukan perjalanan Balikpapan - Surabaya lanjut ke Bali dengan bus pariwisata di usia 6 tahun. Jadi cukup teruji ketahanannya selama perjalanan jauh. Walaupun, ada sedikit rasa was-was, bus umum tentu beda suasananya dengan bus pariwisata. Setelah sounding apa dan bagaimana nanti, juga alasan mengapa harus naik bus. Maka persiapan segera dilakukan.
Persiapan fisik, harus sehat dan bugar
Melakukan perjalanan jauh, tentu melelahkan, maka dibutuhkan fisik yang fit agar selama perjalanan tidak lemas dan loyo. Ujungnya bisa sakit karena kelelahan. Sepekan sebelum perjalanan dimulai, anak harus benar-benar dijaga fisiknya. Asupan makanan yang bergizi serta vitamin, tidak boleh kelelahan bermain di luar rumah, istirahat yang cukup, dan tidur lebih awal.
Mengenali medan yang dituju
Saat ini, mengenal suatu tempat tidak harus pernah datang sebelumnya. Bisa minta bantuan google, dengan mapnya. Meski tak sama persis setidaknya punya gambaran seperti apa tempat yang akan dituju. Akan kemana ketika sampai, dimana hotel tempat menginap, berapa jarak hotel dengan tempat acara dan banyak informasi lain yang bisa kita cari.
Memilih waktu yang tepat
Perjalanan jauh pasti membutuhkan waktu yang panjang. Penting banget memilih waktu yang tepat untuk keberangkatan agar bisa memperkirakan waktu sampainya. Apakah ingin sampai tujuan di siang hari atau malam hari? Maka harus menghitung mundur dengan patokan perkiraan lamanya perjalanan.
Kami ingin menikmati perjalanan mulai gerbang masuk provinsi Kalsel. Konon katanya aspal jalan di Kalsel beda dengan Kaltim. Maksudnya, jalan di Kalsel lebih halus daripada jalan-jalan di Kaltim. Menempuh perjalanan Balikpapan - perbatasan Kaltim sih sudah pernah tinggal. Dari perbatasan ke arah Kalsel. Niat awal ingin mengambil waktu di sore hari agar ketika sampai Kalsel di pagi hari. Ternyata dapat tiketnya di siang hari.
Jangan lupa bawa makanan atau cemilan
Jalan bareng anak, harus bisa membuat suasana senyaman mungkin. Salah satunya dengan menyediakannya makanan atau cemilan kesukaan anak-anak. Antisipasi membawa makanan juga penting, apabila di tengah perjalanan tidak menemukan tempat makan yang cocok. Naik kendaraan umum tentu beda dengan naik kendaraan pribadi yang bisa berhenti di mana saja dan kapan saja.
Siapkan juga obat-obatan.
Meski selama beberapa kali perjalanan, anak tidak pernah mabuk perjalanan, tidak ada salahnya tetap menyelipkan obat anti mabuk. Apabila ada kondisi di luar perkiraan yang membuat anak masuk angin atau tiba-tiba mabuk bisa diantisipasi. Jangan lupa, bawa multivitamin agar tubuh tetap sehat dan bugar serta tak gampang capek. Selain itu siapkan juga, obat gosok dan minyak kayu putih.
Pengalaman baru perjalanan Samarinda - Banjarmasin
Dimajukannya rencana ke Banjarmasin dari Selasa sore ke Senin siang, membuatku ekstra sat set ngerjain pekerjaan rumah dan agenda lainnya yang terjadwal di hari Senin. Pukul 11.30.Wita semua siap dan dengan menggunakan mobil online kami pergi ke terminal Sungai Kunjang. Sempat salah jalan, tapi sampai juga di terminal pukul 12.00 Wita. Setelah mengambil tiket bisa, aku gantian dengan bungsu sholat dzuhur jamak taqdim dengan ashar.
Bus bergerak meninggalkan terminal tepat pukul 13.30. Melaju stabil lewat jalan tol. Ngantuk tak tertahankan, dan sempat tidur sebentar hingga keluar pintu tol km 30. Sepertinya salah jalan lagi, karena harusnya keluar pintu tol km 13. Setelah tahu salah, baru deh sopir busnya ngebut, tapi gimana lagi, jalur utama ini lebih sempit dan padat. Beberapa kali terkena macet. Menjelang Ashar baru deh sampai ke pool bus di Balikpapan.
Di pool ini rencananya hanya berhenti 30 menit, tapi nyatanya lama banget. Dari pukul 4 sampai jam 5 sore artinya satu jam kan. Pukul 5 sore lewat dikit bus baru bergerak ke pelabuhan penyebrangan. Proses masuk kapal feri sih nggak lama, sesaat setelah badan bus masuk, kapal langsung berangkat. Sementara penumpang bus bisa naik ke atas kapal menikmati pemandangan sore menjelang malam. Farih, bungsuku langsung memesan pop mie goreng, kesempatan bisa makan mie tidak ia sia-siakan.
Usai adzan Maghrib, kapal feri merapat di pelabuhan penyeberangan Penajam. Tak butuh waktu lama, bus bergerak melanjutkan perjalanan. Hingga, pukul 9 malam, kami berhenti untuk makan malam. Kesempatan ini kami gunakan untuk shalat Maghrib jamak takhir dengan Isya lalu memesan makanan. Sayang, baru beberapa suap, panggilan untuk kembali melanjutkan berkali-kali disiarkan. Praktis, kami hanya makan beberapa suap dan harus ditinggalkan, padahal harganya mahal fiuh.
Setelah istirahat makan malam, laju bus sedikit aneh. Lalu tercium bau kanvas rem beradu dengan aspal. Tak lama bus berhenti di jalan untuk melihat apa yang terjadi. Bagian kiri depan yang bermasalah selesai dibenerin. Sementara bagian kanan depan, masih panas dan tak memungkinkan direparasi. Bus pun melanjutkan perjalanan. Namun, bau gosong itu semakin menyengat. Bus pun kembali berhenti dan mencoba menemukan solusinya. Hasilnya nihil. Diputuskan untuk berhenti di terminal Kuaro, membereskan segala kerusakan. Cukup lama juga, sampai tengah malam.
Untungnya, sudah dibenerin. Perjalanan selanjutnya cukup menantang. Jalur yang ditempuh bukan lurus sampai Tanah Grogot, tapi belok ke arah kanan. Naik turun bukit dengan belokkan tajam, ditambah hujan deras tiba-tiba, kalau saja remnya belum beres, mengerikan sekali. Masih dag dig dug juga sih sebenarnya, apalagi bau kanvas nggak hilang juga. Akhirnya, malam berlalu menjelang dini hari. Normalnya, diwaktu yang sama Bus seharusnya sudah sampai Banjarmasin. Kenyataannya, baru setengah perjalanan lagi, padahal sudah menjelang pukul 2 dini hari.
Iya pukul 2 dini hari, waktu istirahat jilid dua. Berhubung sudah malam banget, malas juga keluar dari Bus. Untung nggak lama, Bus bergerak lagi menuju tempat tujuan yang masih jauh. Karena gelap gulita aku tak bisa mengenali daerah mana. Sesekali membuka google maps tapi nama daerahnya asing. Buka jalur utama yang ada di google maps. Begitu sampai Kandangan baru deh sedikit ada gambaran.
Saat sampai Kandangan yang terkenal dengan ketupat Kandangan itu, suara pengajian dari masjid-masjid mulai terdengar. Berarti tak lama lagi Subuh tiba. Aku memutuskan untuk sholat Subuh di kendaraan yang artinya wudhu diganti tayamum dan sholat dengan posisi duduk. Keputusan ini kuambil karena tak memungkinkan sholat Subuh di mushola atau masjid dengan melihat tidak adanya tanda-tanda bis akan berhenti di masjid.
Menunggu bisa sholat Subuh di tempat tujuan juga sepertinya tidak mungkin karena masih lumayan jauh. Bergegas kubangunkan bungsuku untuk sholat Subuh bareng. Meski agak enggan, akhirnya ia mengikutiku sholat Subuh.
Matahari sudah menampakkan cahayanya ketika kami sampai di. Martapura. Beberapa penumpang tujuan kota ini turun di beberapa tempat. Martapura mengingatkan pada perhiasan-perhiasan bermata batu pualam seperti blue safir, mirah delima, juga intan atau berlian Banjar. Martapura juga menjadi kota tempat ziarah karena ada makam beberapa alim ulama yang disegani dan terkenal di seputar Kalimantan Selatan dan Timur.
Selepas Martapura, sampailah kami di kota Banjarbaru. Kota yang aku sangka kecil saja, ternyata lumayan gede dan ramai. Di kota ini dulu suamiku menghabiskan masa kecilnya, mengikuti papanya yang bertugas Begitu juga dengan dua anak lelakiku terdahulu yang menghabiskan masa pesantren sebelum tadris di Jawa. Kini bungsu akan menjalani masa orientasi atau ujian tahap dua di pesantren yang sama.
Berhubung aku buta sama sekali dengan kota ini, maka sejak awal kuputuskan untuk mengikuti pemberhentian paling akhir, yang kata kondektur dan penumpang lainnya di terminal Gambut. Ternyata terminal Gambut, terletak diantara kota Banjarbaru dan Banjarmasin. Sementara suami sudah memesankan hotel di Banjarmasin. Jadi kami masih harus melakukan perjalanan lagi menuju Banjarmasin.
Perjalanan Samarinda - Banjarmasin yang diperkirakan hanya 12 jam, kali ini ditempuh dalam waktu hampir 20 jam. Bus memasuki terminal Gambut sekitar pukul 08.30 Wita. Kami turun dari bus dan berhenti sejenak untuk memutuskan akan menggunakan moda apa menuju hotel yang sudah dipesan untuk malam tadi. Menurut penuturan beberapa orang, dari terminal Gambut ada banyak bus kecil menuju kota, semacam trans Jakarta gitu. Tarifnya hanya 5000 rupiah per orang, dan tentunya hotel yang kami tuju dilewati bus ini.
Kelelahan ditambah kantuk yang menyerang setelah semalaman tidak tidur membuatku oleng. Tak sanggup rasanya jika harus naik bus lagi. Kuputuskan segera membuka aplikasi mobil online. Awalnya aku mencoba aplikasi maxim, aplikasi satu ini lumayan lah harganya, sedikit lebih miring dibanding lainnya. Namun, titik tujuan dan penjemputan kadang suka nggak terdeteksi. Setelah beberapa kali mencoba, dan tetap tidak menemukan titik tujuan, akhirnya aku beralih ke aplikasi lainnya.
Tak seberapa lama, mobil online pesanan datang. Kami langsung naik dan meluncur menuju hotel. Jarak dari terminal ke hotel kurang lebih 6-7 km. Tepat pukul 09.00 sampailah kami di hotel. Jam sarapan masih tersedia. Setelah cek in, kami langsung menuju restoran hotel. Mata ngantuk dan perut lapar membuat badan terasa limbung
Ketika, perkiraan tak sesuai kenyataan
Sungguh perjalanan kali ini menggemaskan. Perkiraan perjalanan ditempuh dalam waktu 12 jam, meleset. Tentu saja, sangat melelahkan. Tadinya tengah malam sudah sampai hotel dan bisa segera istirahat. Kenyataannya pagi baru sampai.
Syukurnya selama perjalanan, anak tidak rewel dan mabuk. Meski tak terlihat menikmati perjalanan setidaknya tidak menjadikannya masalah. Bungsu lebih banyak tidur selama perjalanan dan hanya terbangun ketika bus berhenti baik di saat makan maupun saat kerusakannya diperbaiki.
Penutup
Perjalanan kali ini sungguh berkesan. Tidak selalu berjalan sesuai rencana, bahkan plan yang sudah disusun dan tempat wisata yang akan dikunjungi sudah rapi tertulis di agenda. Namun, menggelembungnya waktu tempuh membuat kelelahan yang sangat. Akhirnya kami harus membatalkan agenda jalan ke tempat wisata.
Satu-satunya yang bisa kami nikmati di kota ini dalam waktu yang sesingkat-singkatnya hanyalah jalan bareng anak ke mall di Banjarmasin. Jauh-jauh dari Samarinda, ketemunya hanya mall. Semoga lain kali bisa jalan bareng lagi, menikmati pasar terapung yang iconik.
Posting Komentar
Posting Komentar